A.
KOMPONEN
EKOSISTEM
Semua organisme memerlukan energi dan materi untuk kelangsungan hidupnya.
Energi tersebut diperoleh dari lingkungannya. Produsen, contohnya pada
tumbuhan, memerlukan cahaya, air, oksigen, dan karbon di soksida untuk membentuk
nutrisi sebagai sumber energinya. Adapun pada hewan, contohnya serangga,
membutuhkan produsen sebagai sumber energinya. Serangga pun nantinya akan
dimakan oleh konsumen yang lebih tinggi.
Hal ini akan berlangsung terus sehingga akan terjadi aliran
energi dan materi. Hal ini akan membentuk suatu siklus atau daur di suatu
lingkungan yang sistematis. Semua proses tersebut disebut juga ekosistem.
Menurut Campbell (2006:754), ekosistem merupakan interaksi
organisme hidup dengan lingkungan abiotiknya yang terjadi di dalam suatu
komunitas. Komunitas merupakan kumpulan beberapa populasi dari berbagai
spesies yang hidup di suatu tempat.
Di dalam suatu ekosistem, interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya,
melibatkan komponen-komponen, yaitu komponen abiotik dan komponen biotik.
Komponen tersebut mampu memengaruhi perubahan yang terjadi di suatu ekosistem.
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan segala hal selain makhluk hidup, misalnya
suhu, air, cahaya matahari, angin, bebatuan, dan tanah. Komponen abiotik dapat
memengaruhi komponen biotik, begitu pula sebaliknya.
a. Suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor yang sangat penting bagi distribusi
atau penyebaran suatu organisme. Hal tersebut karena suhu dapat memengaruhi
proses biologis dan kemampuan suatu organism dalam mengatur (regulasi) suhu
tubuhnya secara tepat.
b. Air
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan. Organisme
yang hidup di daerah perairan maupun daratan berbeda dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Organisme yang hidup di air, seperti air tawar maupun air
laut harus beradaptasi dengan keadaan air sekitarnya. Di dalam suatu ekosistem,
air dapat memengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. Faktor-faktor yang
dapat memengaruhi organism dalam suatu ekosistem tersebut, yaitu suhu air,
salinitas air, dan tingkat keasaman air.
c. Cahaya
matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi seluruh organisme hidup.
Cahaya matahari menyediakan energi yang memengaruhi suatu ekosistem. Di
daratan, tumbuhan menggunakan cahaya matahari untuk melangsungkan proses
fotosintesis. Cahaya juga sangat penting bagi perkembangan dan tingkah laku beberapa
spesies tumbuhan dan hewan yang sensitif terhadap cahaya, terutama terhadap
lamanya waktu siang (day time) dan lamanya waktu malam (night time).
d. Angin
Angin dapat memengaruhi suhu lingkungan serta organisme yang hidup
di dalamnya. Angin dapat memengaruhi organisme, seperti meningkatkan penguapan
(evaporasi) pada hewan sehingga suhu tubuhnya berkurang dan meningkatkan
transpirasi pada tumbuhan. Angin juga memiliki pengaruh yang positif bagi
tumbuhan, seperti membantu penyerbukan tumbuhan.
e. Bebatuan
dan tanah
Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral dari bebatuan dan
tanah dapat memengaruhi jenis dan
distribusi tumbuhan serta hewan yang memakan tumbuhan di atas tanah tersebut.
Tanah merupakan media pertumbuhan dan tempat hidup bagi makhluk hidup.
Misalnya, bagi tumbuhan, tanah merupakan tempat menancapkan akar dan sumber nutrisi.
Adapun bagi sebagian hewan, tanah merupakan sarana untuk tempat tinggal serta
berlindung dari pemangsa.
2. Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi makhluk hidup. Komponen biotik terdiri atas
manusia, hewan, tumbuhan serta organisme hidup lainnya. Sesama komponen biotik
ini dalam suatu ekosistem terjadi interaksi. Interaksi yang terjadi dapat
memengaruhi kepadatan maupun penyebaran suatu spesies dalam suatu ekosistem.
Di dalam suatu ekosistem, setiap komponen biotik memiliki cara hidup
berbeda dengan komponen biotik yang lainnya sehingga interaksi yang terjadi
dapat menghasilkan berbagai macam karakter dalam suatu ekosistem. Interaksi
yang terjadi ini tidak hanya antarkomponen biotik, tetapi juga dengan komponen
abiotiknya sebagai lingkungan tempat komponen biotik hidup.
Misalnya, di padang rumput interaksi yang terjadi antarkomponen biotiknya
adalah antara tumbuhan dan binatang herbivora (pemakan tumbuhan). Hal tersebut
memunculkan karakter, bahwa di padang rumput hewan dominan yang hidup adalah
hewan herbivora. Adapun interaksi antara komponen biotik dan komponen
abiotiknya, misalnya karakter kecepatan angin di daerah padang rumput dan
tumbuhan semak (rumput). Kecepatan angin di daerah ini cukup kencang karena
tumbuhan yang ada hanya tumbuhan kecil seperti semak sehingga tidak ada
penghalang angin melewati daerah tersebut.
3. Satuan Organisasi dalam Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu kesatuan fungsional yang cukup kompleks.
Di dalamnya terdapat komponen abiotik dan biotik yang saling berhubungan atau
berinteraksi. Di dalam suatu ekosistem terdapat satuan organisasi yang berbeda.
Satuan organisasi yang menyusun ekosistem terdiri atas individu, populasi,
dan komunitas.
Individu merupakan satuan fungsional yang paling kecil di dalam suatu
ekosistem. Individu adalah organisme yang hidupnya berdiri sendiri dan secara
fisiologi bersifat bebas, misalnya satu ekor monyet. Satu ekor monyet ini
merupakan organisme yang hidupnya berdiri sendiri.
Tingkat organisasi selanjutnya dalam suatu ekosistem, disebut populasi.
Populasi adalah sekumpulan individu yang sejenis atau satu spesies yang
menempati habitat tertentu dalam satu waktu tertentu.
Adapun tingkat organisasi tertinggi dari suatu ekosistem, yaitu komunitas.
Komunitas merupakan sekelompok populasi dari berbagai spesies yang menghuni
suatu daerah. Misalnya, komunitas sawah. Di dalam sawah terdapat berbagai macam
populasi, seperti populasi padi, populasi ular, populasi katak, dan populasi
burung.
B.
TIPE-TIPE
EKOSISTEM
Ekosistem tersusun atas berbagai komponen dan satuan organisasi yang
menyusunnya. Di dalam ekosistem terjadi interaksi antar komponen yang
menjadikan ekosistem memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karenanya,
ekosistem terdiri atas beberapa tipe. Ekosistem terdiri atas ekosistem darat,
ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut.
1.
Ekosistem Darat
Ekosistem darat atau dikenal juga ekosistem terestrial,
merupakan wilayah atau lingkungan fisiknya berupa daratan. Pengelompokan ekosistem
darat didasarkan atas tipe struktur vegetasi yang dominan hidup atau dinamakan bioma. Jenis bioma terdiri atas bioma
gurun, bioma padang rumput, bioma savana, bioma hutan hujan tropis, bioma
taiga, dan bioma tundra.
a.
bioma gurun,
Gurun merupakan daerah kering yang curah hujannya hanya 20 cm per
tahun. Vegetasi dominan pembentuk bioma
gurun adalah kaktus. Adapun hewan yang hidup di bioma ini umumnya aktif pada
malam hari atau nokturnal. Hal tersebut merupakan adaptasi terhadap suhu lingkungan
yang sangat panas dan untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh.
b.
bioma padang rumput,
Bioma ini memiliki karakteristik beriklim sedang, dengan curah
hujan berkisar antara 25–75 per tahun dan vegetasi dominannya adalah rumput. Sistem
perakaran rumput bercabang-cabang sehingga apabila terjadi kemarau bioma ini
akan tetap berwarna hijau karena akarnya bercabang banyak di dalam tanah untuk
mengambil air. Adapun hewan yang hidup di bioma ini adalah kelinci, serigala,
dan kuda.
c.
bioma tundra,
Tundra memiliki dua jenis, yaitu tundra artik dan tundra
alpin. Tundra artik adalah tundra yang berada dekat daerah kutub utara sedangkan
tundra alpin adalah tundra yang terdapat di dataran tinggi atau puncak gunung.
Vegetasi yang dominan di bioma tundra adalah rumput alang-alang dan lumut daun.
Adapun hewan yang terdapat pada bioma ini, antara lain kelinci dan serigala.
d.
bioma savana,
Savana merupakan padang rumput yang didominasi oleh rumput dengan
semak serta pohon yang terpencar. Savana memiliki curah hujan sekitar 90–150 cm
per tahun. Hewan yang hidup di dalamnya, antara lain gajah, kuda, dan jerapah.
e.
bioma hutan hujan tropis,
Bioma ini terdapat di daerah khatulistiwa termasuk sebagian
besar wilayah Indonesia. Bioma hutan hujan tropis memiliki suhu rata-rata 25°C dan
curah hujan yang cukup tinggi, yaitu antara 200–400 cm per tahun. Vegetasi yang
hidup di daerah ini sangat heterogen atau beraneka ragam. Hewan yang hidup di
dalamnya, antara lain monyet, harimau, dan serangga.
f.
bioma taiga,
Taiga merupakan bioma yang memiliki ciri beriklim musim dingin yang
panjang. Taiga disebut juga hutan konifer (pinus). Hutan ini selalu hijau oleh
karenanya konifer disebut juga tumbuhan evergreeen. Vegetasi yang
dominan pada bioma ini adalah tumbuhan pinus. Adapun hewan yang hidup pada
bioma ini, antara lain kelinci, serangga, dan beruang.
2.
Ekosistem Air Tawar
Ekosistem ini memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi
suhu yang perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga, dan
keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik.
Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus, contohnya adalah sungai.
Adapun ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya tidak berarus. Contoh
perairan lentik adalah danau. Danau memiliki tiga wilayah horizontal, yaitu zona
limnetik, zona litoral, dan zona profundal.
Zona limnetik adalah wilayah perairan yang masih bisa di tembus oleh
cahaya matahari. Di zona ini banyak didominasi oleh zooplankton dan nekton.
Zona litoral merupakan wilayah tepi pada danau dan sungai. Organisme yang hidup
di dalamnya adalah katak, serangga, dan Hydrilla. Adapun zona profundal
adalah daerah dasar pada suatu danau atau kolam. Organisme yang hidup di
dalamnya adalah dekomposer.
3.
Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang paling luas di bumi
ini. Ekosistem air laut memiliki tiga jenis zona, yaitu zona litoral, neritik,
dan pelagik. Zona litoral merupakan daerah pantai yang terletak di
antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona neritik adalah daerah laut dangkal
yang selalu tertutup air meski pada waktu surut.
Adapun zona pelagik adalah daerah perairan terbuka yang memiliki
kedalaman 6.000–10.000 m. Zona pelagik terdiri atas daerah epipelagik, mesopelagik,
dan batipelagik.
C.
SUKSESI
Suatu komunitas keadaannya tidak akan selalu tetap, tetapi
selalu mengalami perubahan. Perubahan ini biasanya terjadi dari suatu komunitas
menuju bentuk komunitas lainnya. Misalnya, perkebunan kelapa sawit yang
dibiarkan setelah masa panen dan tidak ditanami lagi, apabila dibiarkan akan
tumbuh tanaman spesies lain yang akan menggantikan formasi kelapa sawit.
Hal tersebut menyebabkan perubahan di komunitas tersebut.
Perubahan atau perkembangan suatu komunitas melalui tahap-tahap tertentu
disebut suksesi. Terdapat dua tipe suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi Primer
Suksesi primer merupakan munculnya suatu komunitas baru pada suatu
daerah yang sebelumnya tidak terdapat komunitas. Contoh suksesi primer terjadi
pada gunung berapi yang telah meletus. Daerah sekitar akan mengalami kerusakan
dan tidak terdapat organisme. Lama-kelamaan daerah sekitarnya tersebut akan
ditempati kembali oleh organisme. Organisme awal atau pionirnya adalah lichenes
(lumut kerak).
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder merupakan pembentukan suatu ekosistem yang telah
rusak ke keadaan awalnya sebelum terganggu. Suksesi ini dapat terjadi karena
kebakaran, perusakan oleh manusia, dan gempa bumi. Proses suksesi sekunder ini
lebih cepat dibandingkan dengan suksesi primer. Hal ini dikarenakan pada
suksesi sekunder tidak diperlukan lagi adanya tahapan pembentukan komunitas
pionir.
D.
PERAN
KOMPONEN EKOSISTEM
Komponen abiotik maupun komponen biotik memiliki perannya masing-masing
di dalam suatu ekosistem. Di dalam ekosistem, terjadi interaksi antarkomponen
ekosistem. Terdapat beberapa jenis interaksi yang berlangsung di dalam
ekosistem, yaitu interaksi antarindividu, interaksi antarpopulasi, dan
interaksi antara komponen abiotik dan biotik.
Interaksi antarindividu merupakan interaksi yang dapat terjadi
pada individu sejenis ataupun berbeda jenis. Setiap organisme hidup di suatu tempat
atau habitat. Organisme atau individu sejenis membentuk kumpulan atau
kelompok dan dalam kurun waktu tertentu akan membentuk populasi.
Dari terbentuknya populasi akan timbul interaksi antarpopulasi. Interaksi
antarpopulasi ini terjadi tidak hanya dengan populasi yang speciesnya sama,
tetapi juga dengan populasi dari spesies yang berbeda. Kumpulan berbagai macam
populasi yang saling berinteraksi ini membentuk komunitas. Di dalam
komunitas, interaksi tidak hanya terjadi antar komponen biotik saja, tetapi
juga komponen biotik dan komponen abiotiknya.
Di dalam ekosistem, setiap komponen memiliki peran. Individu, populasi,
komunitas, serta lingkungan abiotiknya mampu menimbulkan aliran energi dan daur
biogeokimia.
1.
Peran Komponen Energi dalam Aliran Energi
Di dalam suatu ekosistem, terjadi interaksi antara komunitas dan
komunitas lainnya serta lingkungan abiotiknya. Interaksi ini dapat menyebabkan
aliran energi melalui peristiwa makan dan dimakan (predasi). Pada peristiwa aliran energi ini, komponen ekosistem,
khususnya komponen biotik, memiliki tiga peran dasar, yaitu sebagai produsen, konsumen dan dekomposer.
Menurut Campbell (1998: 1146), penyusun utama produsen dalam
suatu ekosistem, khususnya di daratan adalah tumbuhan. Organisme ini mampu
membuat makanannya sendiri dengan bantuan sinar matahari. Peristiwa ini disebut
fotosintesis. Produsen merupakan
organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu menyusun atau membuat makanannya
sendiri. Adapun konsumen adalah organisme heterotrof, yaitu organism yang tidak
dapat membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhannya, organisme ini
bergantung pada organisme lain.
Komponen biotik yang terakhir, yaitu dekomposer (pengurai).
Dekomposer adalah organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme yang telah
mati menjadi zat-zat organik sederhana. Zat-zat sederhana ini akan digunakan
kembali oleh produsen sebagai bahan nutrisi untuk membuat makanannya. Proses
tersebut akan berlangsung terus-menerus di dalam suatu ekosistem.
Adanya peran komponen biotik sebagai produsen, konsumen, dan
dekomposer menimbulkan aliran energi dari produsen, konsumen hingga ke
dekomposer. Proses aliran energi ini terjadi pada peristiwa rantai makanan.
Peristiwa perpindahan energi terjadi melalui proses makan dan
dimakan di dalam suatu rantai makanan. Peristiwa tersebut membentuk struktur
trofik. Struktur trofik terdiri atas tingkat-tingkat trofik. Setiap tingkat
trofik terdiri atas kumpulan berbagai organisme.
Tingkat trofik pertama ditempati oleh produsen atau organisme
autotrof. Pada tingkat ini, produsen ekosistem darat adalah tumbuhan, sedangkan
pada ekosistem perairan adalah ganggang dan fitoplankton. Tingkat trofik kedua
ditempati oleh organism heterotrof atau konsumen. Konsumen adalah organisme
yang bergantung kepada organisme lain sebagai sumber makanannya. Konsumen pada
tingkat trofik kedua ini adalah herbivora. Konsumen juga terdiri atas tingkat
trofik ketiga, keempat, dan seterusnya.
Aliran energi tidak hanya terjadi pada tingkatan yang sederhana,
yaitu rantai makanan, tetapi terjadi juga pada tingkatan yang lebih kompleks,
yaitu pada jaring-jaring makanan. Jaring-jaring makanan ini tersusun
oleh beberapa rantai makanan yang saling berhubungan. Aliran energi mulai dari
produsen hingga konsumen, jumlah akhirnya tidak sama.
Apabila disusun secara berurutan mulai dari produsen hingga
konsumen, jumlah energi yang ada akan berbentuk seperti piramida. Setiap
potongan dalam piramida tersebut menunjukkan jumlah energi yang tersimpan. Kehilangan
energi dari rantai makanan dapat digambarkan dalam bentuk piramida energi. Pada piramida energi,
semakin ke puncak energi yang tesimpan semakin sedikit. Adapun berkurangnya
transfer energi pada setiap tingkat trofik dapat digambarkan dengan piramida biomassa. Adapun, piramida jumlah, dapat menggambarkan
perbedaan jumlah individu pada setiap tingkat trofik.
2.
Peran Komponen Energi dalam Daur Biogeokimia
Unsur-unsur kimia baik organik maupun anorganik sangat dibutuhkan
oleh setiap komponen dalam suatu ekosistem. Di dalam suatu ekosistem, jumlah
unsur-unsur kimia tersebut terbatas. Oleh karenanya, harus ada daur ulang
unsur-unsur kimia yang ada agar tetap tersedia dan kebutuhan organisme akan
unsur-unsur kimia terpenuhi. Selain unsur-unsur kimia, air pun mengalami daur
ulang.
Menurut Campbell (1998: 1153), daur ulang berbagai jenis unsure nutrien
yang melibatkan komponen ekosistem baik komponen abiotik dan komponen biotik
disebut juga daur biogeokimia. Nutrien disini mencakup air, karbon,
nitrogen, dan fosfor.
Setiap unsur nutrien mengalami berbagai jenis siklus. Siklus
tersebut merupakan bagian dari daur biogeokimia. Daur biogeokimia ini dikenal ada
beberapa macam, yaitu siklus air, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus
fosfor.
a.
Siklus Air
Air merupakan materi yang sangat dibutuhkan oleh organisme
hidup. Air ini dimanfaatkan oleh berbagai organisme dengan cara bermacammacam. Pada
tumbuhan, air di dalam tanah diserap melalui akar. Air digunakan untuk
pertumbuhan, selebihnya air dilepaskan dalam bentuk uap air ke udara
(atmosfer). Proses pelepasan air dari tanah ke udara dalam bentuk uap air
disebut evaporasi. Adapun uap air yang dilepaskan oleh tumbuhan ke udara
disebut transpirasi.
Pada manusia dan hewan, air diperoleh dengan cara meminumnya dan
juga dari tumbuhan serta hewan yang dimakan. Air keluar dari tubuh manusia dan
hewan dalam bentuk keringat dan urine. Air hasil dari evaporasi dan transpirasi
organisme, terkumpul di udara sehingga menyebabkan kelembapan di atmosfer
meningkat. Akibatnya terbentuklah awan, kemudian turunlah hujan. Air hujan akan
terus mengalir ke permukaan tanah dan digunakan kembali oleh seluruh organisme
hidup. Siklus ini akan terus berlangsung di dalam kehidupan.
b.
Siklus Karbon
Karbon merupakan unsur dasar dari semua senyawa organik. Di atmosfer,
karbon terdapat dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida dalam
suatu lingkungan dibutuhkan oleh produsen, yaitu tumbuhan. Tumbuhan menggunakan
karbon dioksida sebagai penyusun bahan organik melalui proses fotosintesis.
Bahan organik tersebut berupa glukosa. Glukosa ini merupakan sumber energi bagi
tumbuhan untuk pertumbuhannya. Kemudian, bahan organik dari tumbuhan digunakan
oleh organisme lainnya melalui rantai makanan. Bahan organik pada tumbuhan banyak
terkandung dalam batang. Adapun pada manusia dan hewan, bahan organik banyak
terdapat pada bagian tulang.
Ketika organisme mati, baik manusia, hewan, ataupun tumbuhan, akan
diuraikan menjadi karbon dioksida oleh dekomposer. Akibat proses perubahan suhu
dan tekanan bumi, organisme yang membusuk ini dapat membentuk fosil. Proses
pembentukan fosil berlangsung sangat lama hingga mencapai jutaan tahun. Fosil
ini dapat membentuk bahan bakar fosil berupa batubara dan minyak bumi. Bahan
bakar fosil digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dan menghasilkan karbon
dioksida. Karbon dioksida ini kembali memasuki siklus karbon dan akan
berlangsung demikian seterusnya.
c.
Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ekosistem. Menurut Campbell (1998: 1156) jumlah nitrogen yang terdapat di
atmosfer sekitar 80% dari berbagai gas-gas yang ada di atmosfer. Nitrogen
ditemukan dalam semua asam amino, yang merupakan komponen penyusun protein pada
organisme. Nitrogen yang tersedia bagi tumbuhan hanya dalam dua bentuk mineral
tanah, yaitu amonia (NH4+) dan nitrat (NO3–).
Beberapa bakteri dapat mengikat nitrogen secara langsung dari
udara, contohnya Azotobacter. Azotobacter mampu mengubah nitrogen
menjadiamonia. Amonia kemudian akan diubah menjadi senyawa ion nitrit (NO2) oleh
bakteri nitrit. Ion nitrit ini diubah lagi menjadi ion nitrat (NO3–). Oleh
tumbuhan, ion nitrat diubah menjadi molekul organik berupa asamamino. Tumbuhan
sebagai produsen yang mengandung nitrogen ini akandimanfaatkan oleh konsumen
dan dekomposer. Dekomposer ini mampumengubah senyawa amino menjadi amonia.
Siklus ini akan berlangsungterus-menerus dalam suatu ekosistem.
d.
Siklus Fosfor
Fosfor di alam terdapat dalam bentuk ion fosfat (PO4 3–). Ion
fosfat di alam terdapat dalam bebatuan. Ion fosfat dalam bebatuan ini akan
terbawa menuju perairan melalui proses pelapukan bebatuan dan erosi. Di
perairan ini, fosfat tersebut akan membentuk endapan. Oleh karena pergerakan dasar
bumi yang tidak stabil, menyebabkan endapan ini muncul ke permukaan.
Adapun di darat, ion fosfat diserap oleh tumbuhan dari dalam
tanah. Kemudian, tumbuhan tersebut dimakan oleh herbivora dan herbivore dimakan
oleh karnivora. Pada hewan, fosfat dikeluarkan melalui urine dan feses. Oleh
dekomposer, ion fosfat yang merupakan senyawa anorganik ini akan diuraikan dan
menjadi fosfor (P) di dalam tanah. Fosfor di dalam tanah ini kemudian di ambil
kembali oleh tumbuhan. Proses tersebut akan terus berlangsung membentuk suatu
siklus, yang dinamakan siklus fosfor.
E.
PEMANFAATAN
KOMPONEN EKOSISTEM BAGI KEHIDUPAN
Komponen ekosistem yang terdiri atas komponen biotik dan
komponen abiotiknya memiliki manfaat penting bagi kehidupan ini. Komponen
abiotik, contohnya air, merupakan materi yang tidak dapat dipisah dari
kehidupan ini. Air merupakan komponen yang penting dalam siklus biogeokimia. Banyak
sekali manfaat air bagi kehidupan, contohnya sebagai sarana transportasi,
pengairan persawahan, dan bahkan sebagai penggerak turbin Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA).
Contoh komponen lainnya yang juga memiliki peran penting bagi kehidupan
adalah cahaya matahari, tanah, dan suhu. Cahaya matahari merupakan sumber
energi bagi hampir seluruh makhluk hidup di bumi ini. Bagi tumbuhan, cahaya
matahari digunakan untuk proses fotosintesis. Fotosintesis bertujuan menghasilkan
zat makanan bagi tumbuhan. Manusia memanfaatkan cahaya matahari untuk beberapa
keperluan. Manusia umumnya memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh radiasi
cahaya matahari, seperti untuk menjemur pakaian, mengeringkan ikan asin, menguapkan
tambak garam untuk diambil garamnya, bahkan untuk menggerakkan motor listrik tenaga
surya.
Komponen abiotik lainnya dalam suatu ekosistem, contohnya tanah.
Tanah bagi sebagian organisme sangatlah penting. Bagi tumbuhan, tanah merupakan
tempat untuk menancapkan tubuhnya agar dapat tumbuh dan tegak. Selain itu, bagi
tumbuhan, tanah juga merupakan tempat terdapatnya sumber makanan, seperti
unsur-unsur nutrien. Kemudian, tanah bagi hewan-hewan tertentu, berfungsi
sebagai tempat tinggal dan pelindung dari pemangsa serta cuaca yang ekstrim.
Komponen biotik, seperti produsen, konsumen, dan dekomposer yang
di dalamnya mencakup manusia, hewan, tumbuhan memiliki peran yang sangat
penting bagi kehidupan. Masing-masing dari komponen tersebut dapat saling berinteraksi
dan terlibat dalam proses perpindahan energi pada suatu rantai makanan. Apabila
salah satu dari komponen tersebut punah atau langka maka akan terjadi ketidakseimbangan
ekosistem, yang mana hal ini sangat merugikan bagi manusia.